Selasa, 11 Januari 2011

PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN DAN MACAMNYA

BAB II
PEMBAHASAN
PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN DAN MACAMNYA

I. Peranan Bimbingan dan Konseling Dlam Pendidikan
A. Kedudukan Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan

Seperti kita ketahui di dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal, pada umumnya sekurang-kurangnya ada 3 ruang lingkup kegiatan pendidikan, yaitu :
1. Bidang instruksional dan kurikulum
2. Bidang administrasi dan pendidikan
3. Bidang pembinaan pribadi
Kegiatan pendidikan yang baik dan ideal, hendaknya mencakup ketiga bidang tersebut. Sekolah atau lembaga pendidikan yang hanya menjalankan program instruksional dan administrasi saja, tanpa memperhatikan kegiatan bidang pembinaan pribadi peserta didik, mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan cakap, serta bercita-cita tinggi, tetapi mereka kurang mampu dalam memahami potensi yang dimilikinya, dan kurang/ tidak mampuuntuk mewujudkan dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa program pelayanan bimbingan dan konseling berusaha untuk dapat mempertemukan antara kemampuan individu dengan cita-citanya serta dengan situasi dan kebutuhan masyarakat.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi peserta didik dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang mempunyai keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling, dikatakan demikian karena beberapa alasan sebagai berikut :
1. Ada beberapa masalah dalam pendidikan dan pengajaran, yang tidak mungkin diselesaikan hanya oleh guru/ dosen sebagai staf pengajar.
2. Pekerjaan menyelesaikan masalah pribadi dan social kadang-kadang memerlukan keahlian tersendiri.
3. dalam situasi tertentu kadang-kadang terjadi koflik antara peserta didik dengan guru/ dosen, sehingga dalam situasi tersebut sulit bagi guru/ dosen untuk menyelesaikannya.
4. Dalam situasi tertentu juga dirasakan perlunya suatu wadah atau lembaga untuk menampung dan menyelesaikan masalah-masalah peserta didik yang tidak dapat tertampung dan terselesaikan oleh para pendidik.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa dalam keseluruhan prosespendidikan, program bimbingan dan konseling merupakan keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari prigram pendidikan pada umumnya.
Dan dari pembahasan diatas dapatlah ditemukan kedudukan pelayanan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program pendidikan disekolah, yaitu sebagai salah satu upaya pembinaan pribadi peserta didik.

B. Pola Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

Bimbingan dan Konseling yang berkedudukan sebagai bagian integral dari keseluruhan kegiatan pendidikan disekolah dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa pola atau kemungkinan operasionalnya. Uraian berikut ini akan mengemukakan pola-pola hubungan bimbingan dan konseling dengan aspek-aspek lain dalam pendidikan, sebadaimana yang dikemukakan oleh DR. Tohari Musnamar dalam bukunya Bimbingan dan Wawanwuruk sebagai suatu system ( 1985: 16 ) sebagai berikut :
Pola pertama, Bimbingan identik dengan pendidikan, menurut pola ini bimbingan itu identik dengan pendidikan, karena baik prinsip-prinsipnya maupun tujuan yang ingin dicapai adalah sama, yakni mengantarkan individu peserta didik untuk mempertumbuhkan dan memperkembangkan dirinya secara optimal.
Cirri-ciri khas pola bimbingan identik dengan pendidikan adalah :
1. Adanya anggapan bahwa membimbing adalah mendidik dan mendidik adalah membimbing
2. Setiap pendidik disamping berfungsi sebagai pengajar juga berfungsi sebagai pembimbing
3. Pendidik pada waktu memberikan materi pelajaran (mengajar) sekaligus memasukkan unsure-unsur bimbingan
4. biasanya pada pola ini orang beranggapan bahwa tidak perlu untuk membentuk lembaga khusus bimbingan dan penyuluhan

Adapun kebaikan pola bimbingan identik dengan pendidikan ini adalah :
1. Bimbingan dan konseling betul-betul integral (manunggal) dengan pendidikan
2. Seluruh pendidik berberan serta secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling

Sedangkan kelemahan pola ini adalah :
1. Metode serta teknik bimbingan dan konseling yang sudah berkembang pesat tidak dapat dimanfaatkan oleh para pendidik, karena mereka kurang banyak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melaksanakan fungsinya sebagai konselor
2. Banyak program bimbingan dan konseling yang membutuhkan penanganan yang khususdan tenaga yang professional serta pada waktu yang khusus pula.

Pola kedua, bimbinga sepbagai pelengkap pendidikan, pola ini beranggapan bahwa banyak ditemukan celah-celah dan kekurangan-kekurangan. System pendidikan klasikal yang konvesional lebih banyak memperhatikan kelas dan keseluruhan peserta didik secara umum, tetapi kurang memperhatikan peserta didik sebagai individu yang unik.
Di dalam pola ini, lembaga bimbingan dan konseling sama sekali terpisah dari kegiatan pengajaran dan ditangani oleh para ahli, seperti psikolog, ahli rest, dokter, psikiater, petugas social dan lain sebagainya.
Cirri khusus pola yang kedua ini yaitu :
1. Lembaga bimbingan dan konseling dibentuk khusus yang sifatnya relative eksklusif, dan ditangani oleh para ahli dari berbagai bidang
2. Fungsi bimbingan dan konseling terpisah dari kegiatan instruksional
3. Program bimbingan dan konseling pada pola ini cenderung mengarah pada pelayanan yang bersifatklinikal dengan fungsi utama remediatif – rehabilitatif – adjustif
4. Orientasinya lebih mengarah dan ditentukan pada masalah peserta didik yang mengalami kritis
Sedangkan kelemahan dari pola ini adalah :
1. Cara kerja lembaga pada pola kedua ini cenderung eksklusif, ingin bebas dan memisahkan diri dari kegiatan-kegiatan lainnya seperti kegiatan pengajaran dan administrasi
2. Tenaga-tenaga para ahli sering sukar diperoleh dan biasanya lebih mahal

Pola ketiga, bimbingan dan konseling bagian dari kurikuler. Pola ketiga ini ditandai dengan disediakannya jam-jam pelajaran khusus memberikan pelayanan bimbingan secara kelompok.
Kebaikan dari pola ini adalah :
1. Peserta didik memperoleh dasar-dasar orientasi psikologis dari kehidupan sekarang dan yang akan dating
2. Pelayanan bimbingan dan konseling lebih berkesinambungan bukan merupakan usaha penyembuhan yang isidental saja
Sedangkan kelemahan dari pola ini adalah :
1. jam pelajaran atau kredit perkuliahan menjadi terkurangi
2. kepada konselor dituntut untuk memiliki dua kualifikasi yang cukup berat

Pola keempat, yakni bimbingan dan konseling bagian dari layanan urusan kesiswaan. Pada pola keempat ini bimbingan dan konseling merupakan bagian dari serangkaian kegiatan pembinaan pribadi peaserta didik, yang melembaga untuk mendukung kesuksesan dan kelancaran studi para peserta didik.
Kebaikan dari pola keempat ini adalah bahwa aspek-aspek kebutuhan para peserta didikyang berhubungan dengan kesejahteraan pendidikan dan pribadi mendapat perhatian dan pelayananyang baik oleh masing-masing unitpelayanan yang tersedia.
Sedangkan kelemahan dari pola ini adalah sering terjadi kurangnya koordinasi atau kerja sama yang harmonis antara masing-masing unit pelayanan san pada umumnya kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pola yang kedua, menjadi kelemahan pula pada pola yang keempat.

Pola kelima, bimbingan dan konseling sebagai sub system pendidikan. Pola ini didasarkan atas pemikiran bahwa bimbingan merupakan suatu sisitem, yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Kebaikan dari pola kelima ini adalah :
1. Bimbingan tidak terpisah dari proses dan program pendidikan
2. Seluruh personil pendidikan berperan aktif dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
3. Seluruh sisiwa mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling baik secara langsung maupun tidak langsung
Sedangkan kelemahan dari pola ini dalah :
1. Konsep pola kelima ini sangat iseal, akan tetapi petunjuk operasional sering kurang jelas, sehingga pelaksanaanya sering menemukan kesulitan
2. Bila job description kurag baik, maka akan sering terjadi kesimpang siuran antara fungsi kepala sekolah atau pimpinan perguruan tinggi dengan guru atau dosen pembimbing.

C. Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan

Sekolah atau lembaga pendidikan, sebagaimana telah kita ketahui bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah. Ditinjau dari tujuan pendidikan Nasional yang telah digariskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional.
Dalam hal kualifikasi ahli para tamatan suatu sekolah atau lembaga pendidikan, sekurang-kurangnya memiliki empat kompetensi pokok, yaitu kompetensi religius, akademis atau professional, kemanusiaan, dan kompetensi sosial.
Keseluruhan kegiatan pendidikan disekolah jelas dan seharusnyadiarahkan untuk mencapai keempat kompetensi itu pada setiap para peserta didiknya.
II. Macam-macam Bimbingan dan Konseling
a. Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya
b. Konseling
c. Penyajian informasi dan penempatan
d. Penilaian dan penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Hallen A, Quantum Teaching, Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan, PT Ciputat Press,
Ciputat, 2005, 34.


DR. Tohari Musnamar, Bimbingan dan Wawanwuruk sebagai suatu system, 1985, hal. 16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar